HMI ( himpunan mahasiswa Islam) adalah organisasi yang berdiri sejak 5 Februari 1947 atau tepatnya pada 15 Rabiul Awal 1336 H. Sekaligus organisasi Islam tertua di Indonesia yang banyak mencetak idealisme dan para aktivis hebat di masanya. Hmi adalah wadah untuk mahasiswa Islam agar mampu menjadi mahasiswa yang berpikir kritis, berintelektual , berinovasi dengan berlandaskan 5 insan cita
•Insan akademis
•Insan pencipta
•Insan pengabdi
•Insan yang bernafaskan Islam
•Insan Bertanggung jawab atas masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah
Tentunya di umur Yang akan menginjak 75 th HMI berharap agar kader- kader mampu
menghadapi tantangan zaman ke zaman dengan tetap melestarikan budaya 5 insan
cita.
Kader HMI harus mampu menjadikan HMI sebagai human interest baik di kampus maupun
masyarakat.
Tapi, nampak nya kader-kader Zaman now ini mulai menutup
mata dan telinga dengan budaya-budaya idealisme sebelumnya.
Dengan dalih kesibukan sebagai mahasiswa.
Hingga semua reality nya, untuk 5 points inti di atas pun,
kader-kader kurang mampu untuk mengaktualisasikan dalam real life nya.
Ini salah satu tantangan bagi himpunan untuk menjadikan
materi-materi dalam diskusi bukan hanya
pengisi waktu luang, tapi mampu diterapkan dengan hati yang lapang.
"Yakusa
"sampai hari ini syariat itu terus menjadi kebanggaan para kader HMI.
Bikin story caption yakusa , membeli barang-barang yang
berlogo yakusa,
ini tidak salah! Saya sama sekali tidak menyalahkan.
Merasa bangga akan syariat yakusa itu hal yg wajar, sebab
untuk memiliki syariat tersebut pun penuh dengan drama. Tapi saya tidak akan
mengulas drama itu.
Yakusa , yakin usaha sampai.
Yakusa yakin kan dengan iman, usahan kan dengan ilmu, dan
sampaikan dengan amal.
Iman ilmu amal yang menjadi makna di salah satu simbol logo
hmi.
Tapi nampaknya kader-kader sekarang justru kurang dan minim
dalam ingin Memaknai makna syariat tersebut. Harusnya,insan HMI mampu
menyempatkan waktu untuk memikirkan dan mencari hal-hal yang fundamen dan
radikal apa yang ada di HMI. Kita sering lupa mengkaji dan mencari kausalitas
sesuatu yang ada di HMI, sehingga kita secara individual dan organisasional
mengalami “amnesia” sejarah, kehilangan arah, dan mengalami kebuntuan nalar.
Sebagai mahasiswa yang sadar
dalam berorganisasi, menjadikan makna Yakin Usaha Sampai atau disingkat Yakusa bukan sekedar slogan
belaka yang membuat kepribadian Kader HMI menjadi Kader Sloganistik. Harusnya
kita tidak hanya sekedar mengucapkannya tanpa memahami makna yang terkandung di
dalamnya.
Kita harus mampu Membuat syariat yang kita banggakan itu
menjadi human interest yang baik khusunya di lingkungan kampus, sehingga mampu
membuat mahasiswa lainnya untuk berhimpun dalam satu wadah yang tak salah.
Syariat ini juga bukan sekadar penyemangat
retorika dan eksistensi rasa, tapi harus menjadi hakekat ataupun esensi dalam
berorganisasi dengan mulai menerapkan budaya literasi.
HMI besar bukan karena slogan, tapi karena kader yang bukan
hanya berpredikat kader. tapi mampu memberikan action dari makna sebagai kader
yang beryakusa
sesungguhnya.
Biodata Penulis:
Nama: Marlina
Komisariat: UMM