Kesadaran Kader yang Mengendap

 


Berbicara mengenai kesadaran itu artinya persoalan personal atau individu terhadap sikap yang secara suka rela menaati semua peraturan dan juga sadar akan tugas serta tanggup jawabnya dalam suatu lingkungan. Namun saat ini saya melihat kesadaran kader di HMI cabang Metro telah melandai.

Jika ditelaah lebih jauh kesadaran ini masih  menjadi bahan evaluasi yang besar pada tiap kader individu  terlebih jika ia telah dipercaya untuk bertanggung jawab terhadap suatu tugas. Tentu saja kesadaran tidak mampu tumbuh begitu saja tanpa di pupuk atau disiram oleh penyokong lainnya. Namun mau atau tidaknyaa seseorang untuk sadar itulah yang menjadi pr dalam jiwanya. Sebagai seorang mahasiswa sekaligus kader HMI  kita punya ruang lebih dari mahasiswa yang tidak ber-organisasi untuk belajar dan membentuk kualitas diri.

Saat HMI berdiri pada 5 Febuari 1947 ia telah dihadapkan pada persoalan kebangsaan. Setelah Perjanjian Llinggarjati di tanda tanggani situasi bangsa menjadi berkecamuk lantaran Belanda dengan sengaja menginjak-injak perjanjian tersebut. Di situasi tersbut HMI tidak tinggal diam. HMI bersama rakyat, pemerintah dan tentara bersama-sama menentang agresi itu dengan perang gerilya. Karena di mata HMI setelah kemerdekaan, Indonesia harus berdiri sekuat tenaga walau nyawa taruhannya.

Jika menilai pada sedikit sejarah HMI tersebut kader pada saat itu telah memiliki kesadaran yang penuh terhadap tenggung jawabnya terutama pada marwah negara. Kesadaran yang dimaksut disini bukan sekedar tau apa itu HMI, atau pengetahuan tentang konstitusi, mission, atau materi tentang kepemimpinan, menajemen, dan organisasi. Permasalahan pada kesadaran yang dimaksut adalah tentang kesadaran kader  untuk mewujudkan tujuan HMI yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhi Allah.

Permasalahan kesadaran ini pun sampai juga merambat di sekitar kita yaitu di HMI Cabang Metro. Keadaan saat ini HMI Cabang Metro sedang terombang-ambing oleh ketidakjelasan yang berlarut-larut. Yang mengakibatkan kepenatan dan terhambatnya berbagi agenda HMI Cabang Metro.

Kesadaran yang dimiliki seperti saat awal kemerdekaan itulah yang harapannya juga dimiliki oleh seluruh kader HMI Cabang Metro hari ini. Namun lagi- lagi kesadaran yang diharapkan itu tidak nampak pergerakannya oleh kanda- kanda dan yunda-yunda dari HMI Cabang Metro. Keluasaan yang ada justru membuat tim carateker mengesampingkan tujuan adanya mereka. Dan membuat batasan- batasan bagi Cabang hingga ia tidak mampu menyelenggarakan aktivitas umum yang seharusnya dapat dirasakan oleh kader-kader baru HMI Cabang Metro. Hak untuk merasakan dan mendapatkan pengalaman yang luas direnggut tanpa adanya ultimatum. Kelambanan yang tidak mampu diselesaikan berbuah suatu pertanyaan dan pemikiran. Tim yang seharusnya menyelesaikan permasalahan kemana kabarnya sekarang?. Apakah perlu merangkai mosi yang disetujui dari setiap komisariat yang berisi meng-carateker tim carateker?.


Biodata Penulis:

Nama Lengka               : Intan Octafiana Anggraini Puspita Sari

Tempat Tanggal Lahir : Malang, 22 Oktober 2002

Status                           : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Metro

Alamat                         : Jl. Yos Sudarso Kota Metro, Lampung


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama