Pada tahun 2018 saya menjadi salah satu mahasiswa Perguruan Tinggi yang ada di Kota Metro, Lampung, tepatnya Universitas Muhammadiyah Metro. Sebenarnya, pada awal saat saya berpikir untuk melanjutkan studi hanya ingin mengisi kekosongan waktu saja. Namun, ketika saya memulai perkuliahan beberapa waktu, ternyata ada yang membuat saya tertarik untuk bergabung di salah satu organisasi. Saat itu berbagai organisasi sosialisasi, tepatnya pada Masa Ta’aruf Mahasiswa (MASTAMA). Ntah mengapa saya hanya tertarik pada Himpunan Mahasiwa Islam (HMI).
Saya tertarik dikarenakan kader HMI memiliki daya tarik yang
berbeda, mulai dari gaya dan cara berbicaranya. Namun, bukan hanya itu saja,
ada seorang teman yang statusnya sebagai kakak tingat saya yang telah menjadi
kader HMI. Ia mengatakan, HMI dapat merubah dirinya serta ia dapat bertatap
muka dan berbincang-bincang dengan seorang pejabat yang bernama Akbar tanjung.
Awalnya saya tidak mengenal siapa sebenarnya Akbar tanjung
dan tidak ada keinginan mencari tahu tentangnya. Beriringnya waktu berjalan,
saya bersama teman saya yang bernama Achmad Yusril dan Aldi Kurniawan merasa
memiliki kebutuhan yaitu kurang pandai dalam hal public speaking. Kami penasaran apakah benar yang telah dikatakan
kakak tingkat terkait HMI dapat merubah pribadi sesorang menjadi lebih baik.
Akhirnya, kami bertiga memutuskan untuk mengikuti Basic Training LK-1 agar
dapat merubah pribadi kami.
Tiba pada waktu pelaksanaan Basic Training LK-1, teman saya Acham
Yusril dan Aldi Kurniawan memutuskan tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut,
dikarenakan rasa malas untuk meluangkan waktunya menginap dalam beberapa hari. Saya
kebingungan menentukan pilihan, antara terus mengikuti niat saya atau mengikuti
kedua teman saya. Namun, karena saya memiliki keinginan untuk memperbaiki public speaking, saya mengambil keputusan tetap mengikuti Basic Training LK-1 HMI sendiri di antara
kedua teman saya.
Beriringinya kegiatan Basic Training, saya menemukan keluarga baru walaupun ketika selesainya kegiatan tersebut saya dinyatakan lulus bersyarat.
Selama hampir tiga bulan saya tidak aktif dalam kegiatan HMI,
selama itu pula saya merasa bahwa saya tidak diperhatikan oleh senior-senior
HMI. Mungkin mereka beraganggapan bahwa saya tidak aktif, mangkanya mereka
menghiraukan saya.
Setelah berjalannya waktu, saya melihat beberapa teman saya
yang berbarengan mengkuti Basic LK-1 memiliki perubahan. Di situ timbulah
keinginan saya harus seperti mereka.
Di waktu malam hari, saya mengajak teman saya; Bima Kurniadi untuk bertemu senior yang bernama
Bangkit yudha Alrachmad atau biasa kami sapa Bang Bangkit, kebetulan saat itu
ia mengemban amanah sebagai Sekretaris Umum Komisariat Hukum UM Metro. Dan saya
menanyakan, apa persyaratan agar saya tidak dinyatakan sebagai lulus bersyarat,
ia menjawab, “Persyaratan adalah aktif dalam kegiatan Komisariat selama enam
bulan,” saya pun menyepakati perkataanya tersebut.
Setelah aktif sekitar lima atau enam bulan paska basic training, saya diintruksikan agar
dapat mengikuti Basic training jurnalitik seorang diri yang diadakan oleh
Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI), salah satu Lembaga pengembangan profesi
HMI Cabang Metro.
Sebenarnya saya terpaksa mengikuti kegiatan tersebut, karena
merasa tidak enak, maka saya tetap mengikutinya. Tapi itu bukan suatu
penyesalan bagi saya, malah kebalikanya.
Kegiatan-kegiatan HMI salah satunya diskusi-diskusi mingguan
yang diadakan Komisariat sangat jarang sekali saya tidak mengikuti. Bahkan,
setiap bertemu senior HMI selalu berdiskusi walaupun yang diskusikan terkadang
hanya hal-hal sepele, seperti “manakah yang lebih utama antara akal atau
pikiran, atau manakah yang lebih utama antara ilmu dan pengetahuan, dll.”
Paska sembilan bulan Basic Training LK-1 tepatnya bulan
Agustus, Saya mencoba untuk meng-upgarade
diri saya dengan mengikuti Intermedite Training LK-2 di cabang Bandar Lampung. Di
situ, saya bertemu dengan teman-teman HMI dari berbagai daerah yang pengetahuannya
sangat luar biasa, pada saat yang sama, saya merasa akan minimnya pengetahuan
di dalam diri saya.
Menurut saya, itu terjadi karena dampak dari masa lalu
seperti; kurangnya membaca buku,diskusi dan melakukan hal-hal positif lainnya.
Sungguh sangat miris, bagi saya itu sama saja seperti menunjukan buruknya diri,
tapi lagi-lagi saya tidak menyesal, malah sangat bersyukur ketika mengetahui
kekurangan-kekurangan yang ada di dalam diri dan memperbaikinya dikit demi
sedikit daripada tidak sema sekali. “Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya
belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan.” Demikian adalah
salah satu ungkapan fenomenal dari akademisi Islam yaitu, Imam Syafi’i.
Dan saya memiliki suatu kesimpulan bagi HMI sendiri. Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi Mahasiswa di Indonesia yang lahir dua
tahun paska kemerdekaan bertepatan pada tanggal 5 Februari 1947. Organisasi yang sangat
berpengalaman, yang telah melahirkan pemimpin-pemimpin, bahkan kader HMI sempat menjadi orang nomor dua di Indonesia.
Jadi, wajar saja jika HMI sangat memberikan banyak perubahan di dalam diri. Perubahan
tersebut terasa mulai dari pola pikir, cara bersikap, bahkan etika yang kian
membaik, serta yang lainya.
Semoga saja HMI dapat melahirkan pemimpin-pemimpin lebih
baik daripada sebelumnya. Pemimpin yang dengan komitmen dan konsistensinya selalu
memegang teguh nilai-nilai Ke-Islam-an dan Ke-Kebangsaan untuk Mewujudkan
Masyarakat Adil Makmur yang Diridhoi Allah SWT.
Di hari lahirnya yang ke 74 Tahun ini. Saya sebagai salah
seorang yang mencitai HMI, ingin mencintai dengan pamrih. Dalam arti, saya akan
terus memperjuangkan nilai-nilai yang berada di dalamnya, serta tak sungkan mengkritik
jika kelak HMI akan melakukan kesalahan. Hal ini dilakukan semata-mata demi
kokohnya Himpunan dalam mengahadapi persoalan yang makin lama kian rumit.
Selamat Milad Himpunanku. Semoga hal-hal baik selalu
terpancar dalam setiap kibaran Hijau Hitammu.
Penulis: Heri Setiawan, Kader Cabang Metro Komisariat Hukum UMM