Bekasi, LAPMInews - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Universitas Pelita Bangsa Bekasi gelar bedah buku ‘Gadis Pembangkang’ di Sekretariat Komisariat Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, (14/3/2020) sabtu.
Dalam agenda ini HMI Kom. Pelita Bangsa hadirkan Mualimin Melawan sebagai penulis buku, Instruktur Junaid Pawae sebagai pembicara pengantar, dan diikuti lebih dari 25 peserta juga aktivis PMII komisariat Pelita Bangsa.
Acara tersebut dipantik Junaid Pawae dengan pertanyaan seputar kemunduran Islam dan Perempuan.
Mualimin menyampaikan, faktor terbesar kemunduran Umat Islam dan belum ada tanda-tanda bakal bangkit mengejar ketertinggalan dari Budaya Barat, karena kuatnya cengkeraman pola pikir kaku dalam islam.
“Kaum fiqih masih berkuasa. Pendekatan keagamaan masih hitam putih menurut referensi ribuan tahun silam. Tak mampu mengoreksi diri dengan kerangka ilmiah. Sedangkan sufisme dan filsuf yang bisa mengantarkan umat islam ke dunia modern nyatanya masih jadi minoritas,” ucap Mualim.
Mualim juga menambahkan bahwa Islam yang maju harus lebih didominasi islam corak sufi dan filsafat, agar kompatibel dengan kemodernan. Karena prinsip dasar masyarakat modern adalah toleran.
“Itu ada di dua aliran tersebut. Kalau fiqih kan kaku Cenderung kolot, tak bisa diubah sedangkan dunia dan persoalannnya berubah tiap waktu. Kalau islam ditampakkan dengan wajah fiqih, ajarannya akan terlihat tak modern Ini yang menjadikan islam susah berlari bersama kemajuan zaman,” tutur Mualimin.
Dalam agenda tersebut, Mualimin menjelaskan tentang hegemoni dan mitos dari orang tua terhadap anak untuk menjawab salah satu pertanyaan peserta.
"ajaran itu sebenarnya mirip anak kecil tak boleh keluar sewaktu maghrib, katanya ada genderuwo penculik. Itu politik orang tua untuk mengendalikan anak. Agar orang tua tak perlu repot cari anaknya masih main di luar padahal sudah malam. Bohong, Itu adalah hegemoni yang ditanamkan sejak kecil agar anak nurut manut kehendak dan aturan orang tua. Saran saya, anda jangan percaya primbon Itu budaya mitos yang bertentangan dengan akal sehat. Anak manusia tak ada yang dilahirkan di hari baik, atau hari buruk” jawabnya.
Dalam agenda tersebut, Junaide Puawe memberi satu buku 'Gadi Pembangkang' kepada peserta sebagai bentuk apresiasi keaktifan.
Di akhir agenda, Mualimin berpesan agar kita tidak percaya terhadap takhayul dan merangkul rasionalitas akal sehat.
"Mari perangi takhayul, kita rangkul rasionalitas akal sehat," pungkasnya.
Pewarta: Ardi