Lapmimetro.or.id - Kata politik secara
etimologis berasal dari bahasa Yunani ‘Politeia’,
yang dimana memiliki akar kata polis
dan teia. Kata polis memiliki arti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu
negara. Adapun kata teia yang
memiliki arti ‘urusan’. Maka, jika disandingkan kata tersebut memiliki makna
pengetahuan mengenai segala urusan dan tindak kebijaksanaan, siasat, dan
sebagainya mengenai pemerintahan negara atau terhadap orang lain.
Adapun makna politik beserta pengertiannya. Menurut Miriam Budiarjo, selaku ilmuan pakar politik mengatakan, ia berpendapat bahwa “politik merupakan bermacam-macam kegiatan yang menyangkut penentuan tujuan-tujuan dan pelaksanaan tujuan itu. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan masyarakat dan semata-mata bukan tujuan pribadi seorang. Selain itu, politik juga seluruh kegiatan yang menyangkut berbagai kelompok, termasuk partai politik, dan kegiatan perorangan'. Dari penjelasan di atas, bisa kita garis bawahi bahwa politik merupakan seni mengatur yang membutuhkan keterampilan, gagasan, serta inovasi tinggi para pelakunya. Kemampuan tersebutlah minimal dasar yang harus dimiliki para pelaku politik melihat kondisi masalah selama ini yang penuh dengan muslihat kotor dan intrik dari orang-orang yang memiliki kepentingan di dalamnya.
Adapun makna politik beserta pengertiannya. Menurut Miriam Budiarjo, selaku ilmuan pakar politik mengatakan, ia berpendapat bahwa “politik merupakan bermacam-macam kegiatan yang menyangkut penentuan tujuan-tujuan dan pelaksanaan tujuan itu. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan masyarakat dan semata-mata bukan tujuan pribadi seorang. Selain itu, politik juga seluruh kegiatan yang menyangkut berbagai kelompok, termasuk partai politik, dan kegiatan perorangan'. Dari penjelasan di atas, bisa kita garis bawahi bahwa politik merupakan seni mengatur yang membutuhkan keterampilan, gagasan, serta inovasi tinggi para pelakunya. Kemampuan tersebutlah minimal dasar yang harus dimiliki para pelaku politik melihat kondisi masalah selama ini yang penuh dengan muslihat kotor dan intrik dari orang-orang yang memiliki kepentingan di dalamnya.
Kondisi politik di
Indonesia sangat memprihatinkan, terutama dalam hajat yang seolah menjadi ajang
hujat pada PEMILU 2019 kemarin. Sebagai masyarakat biasa, penulis merasa resah
setiap kali membuka sosial media karena selalu muncul ujaran kebencian dan
segala bentuk intrik keji dari pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab. Boleh
saja dalam masa keterbukaan saat ini kita menyampaikan segala kritik nasihat,
namun kita tetap diharuskan menjaga bahasa serta etika dalam setiap kalimat supaya
tidak ada pihak-pihak yang tersakiti. Banyak masyarakat yang menjadi korban
kebohongan publik yang diusung media. Dalam kondisi ini sangat sulit untuk
mencari sumber yang benar-benar dapat dipercaya.
Dewasa ini, banyak
sekali orang-orang baru kesusu terjun ke dunia politik yang secara historis
belum memiliki pengalaman dan visi yang jelas. Sampai pada berjalannya waktu
ketika menjabat, tak satu pun perannya membawa pada sisi kemaslahatan.
Kebanyakan hanya memikirkan bagaimana cara mengembalikan modal kampanye yang
terlanjur dikeluarkan dan memerah keuntungan sebanyak-banyaknya dengan
memanfaatkan posisinya sebagai pejabat. Memang sepenuhnya kita tak bisa
menjangkau dalam mengetahui niatan seseorang terjun ke politik, minimal kita
bisa mengetahui ke depan seseorang dengan melihat history dari apa saja yang
telah diperbuat. Penulis sadar akan hal, bahwasannya tidaklah mudah mengemban
amanah sebagai pejabat yang selalu mengayomi dan melayani masyarakat, belum
lagi stigma negatif yang melekat kuat kepada para pejabat karena kebiasaan
buruk yang telah menjadi habbit dan membudaya. Pemandangan seperti itu biasa
kita jumpai di layar kaca yang seolah telah menjadi rahasia umum. Sangat
memalukan.
Satu hal yang penulis
sadari, bahwa sulitnya beban yang ditanggung bagi para pemimpin sehingga bisa
jadi pekerjaan itu juga yang mampu mengangkat derajat bagi yang menjalankannya.
Di posisi puncak, dimana banyak yang menengadahkan tangan dengan penuh
pengharapan demi mimpi-mimpi mereka agar hidup sejahtera, dengan segala harap
masyarakat mempercayakan kehidupan masa depan mereka kepada pemimpin
pilihannya. Tapi ini juga merupakan bagian puncak seorang pemimpin diuji dengan
berbagai hal yang mampu menggairahkan syahwat duniawi sekaligus bisa
mengkesampingkan segala kewajibannya. Hanya mereka orang-orang memiliki
kewarasan dan kesadaran yang mampu bangkit dari nina bobo yang berpotensi
menyesatkan dirinya dan mengorbankan kesejahteraan orang banyak, ialah pemimpin
yang memiliki keajekan berfikir.
Namun lagi-lagi telah
banyak kita temukan berupa teori serta janji dengan realita yang tidak
berbanding lurus. Banyak dari pemimpin merasa di atas angin dan merasa bangga
dalam pencapaian politiknya, inilah salah satu kesesatan berfikir karena
kurangnya kesadaran akan posisi tanggung jawab sebagai seorang pemimpin. Banyak
mereka sudah merasa mati-matian memperjuangkan kesejahteraan masyarakat, justru
sebaliknya, dalam kebijakan yang diambil tak sedikitpun membawa pada
kemaslahatan masyarakat dan tega mengeksploitasi penderitaan orang lain demi
citra baik supaya terkesan telah melakukan kerja nyata.
Jika kita kembalikan
pada ke pertanyaan mendasar, ‘Sebenarnya apa yang hendak diperjuangkan?’
Harapan penulis supaya
pertanyaan di atas agar dapat menjadi bahan renungan kita bersama dalam mengsiasati
perjalanan hidup mendatang yang lebih cenderung kepada kebenaran. Mulailah
membiasakan kritik nasihat dengan bahasa santun tanpa ada unsur benci dan
diskriminasi. Jadikan motifasi bahwa masa depan adalah bagian paling penting
mulai dari sekarang, karena itu adalah tempat kehidupan bagi orang-orang
terkasih kita dalam merajut kehidupan yang damai, permudahlah mereka dengan
usaha kita dari sekarang.
Pendidikan politik
sejak dini merupakan bagian yang amat penting, terutama karena kita adalah
bangsa yang selalu menjunjung tinggi nilai toleransi dan transfaransi. Tidaklah
mudah membiasakan semua - mau tak mau itu adalah tanggung jawab kita bersama
sebagai warga negara yang baik. Pemahaman politik masyarakat masih banyak yang
berasumsi bahwa politik bukan bagian dari urusan mereka melainkan tugas para
perwakilan, sehingga masih acap kali ditemukan masyarakat yang dibodohi dengan
janji-janji surga. Dalam mencegah hal ini terulang, haruslah ada bekal
pendidikan politik kepada masyarakat oleh Partai Politik (PARPOL) sampai pelosok
negeri. Sudah saatnya program ini menjadi pekerjaan nyata dan bukan lagi hanya
terlampir pada UU PARPOL atau hanya menjadi program kerja di atas kertas tanpa
adanya tindakan yang jelas.
Kesinambungan
pembelajaran pendidikan politik diharuskan menyentuh pada bagian-bagian
terdalam yang sangat kompleks. Pendidikan politik sejak dini merupakan bagian
paling vital dalam membentuk peradaban yang berkemajuan. Segala pengetahuan
tentang komponen kenegaraan, nasionalisme, dan dinamika politik akan melahirkan
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Semoga..
___________
Tentang Penulis
Faid Indra Yustri, merupakan Ketua Komite SMP Negeri 10 Kota Metro
Tags:
Opini