LAPMIMETRO.OR.ID - Iwan Budi Prayogo yang kerap dipanggil Budi atau Pak Budi. Mungkin bisa jadi cerminan atas kewarasan akal sehat ketika kita terus disesakkan oleh isu-isu politik yang tidak sehat.
Seorang lelaki yang bekerja sebagai pendidik disalah satu Madrasah MI Daruth Tholibin ini, ternyata memiliki ketertarikan yang luar biasa terhadap literasi. Hal ini ditunjukan dengan gerakan yang dilakukan beberapa tahun yang lalu. Di mana beliau membuka lapak baca di kediaman rumah pribadi, lalu mengajak anak-anak dari MI agar datang ke rumah — untuk membaca cerita anak-anak atau sekedar buku komik.
Namun yang dilakukan oleh Kader HMI asal Kab. Lampung Utara diluar ekspetasi, lapak baca yang disediakan serta ajakan yang selalu diucapakan setiap harinya, tidak berjalan dengan lancar.
Tapi hal itu tidak mematahkan seorang Budi, untuk terus mencari cara, agar masyarakat dan anak-anak muridnya dapat mengenal lebih dalam dan mencintai literasi. Dalam proses pencariannya, Budi menyakini satu hal yang telah dia analisis melalui indera dan fenomena yang terjadi di Indonesia.
Dia meyakini bahwa orang Indonesia ketika apa yang ingin dia buat “ada” dan mulai banyak, maka akan menjadi budaya.
Bulan suci ramadhan 1440 hijriah ini, Budi mendapatkan moment dalam mengagitasi masyarakt dalam mengenal literasi. Dengan pikiran dan pertimbangan yang lebih matang, Budi berinisiatif membuka Kampung Ramadhan.
Bertempatan di Desa Gedung Makripat, Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Lampung Utara. Dengan proses ngajak 2 kolega sebayanya untuk Budi mempresentasikan idenya kepada meraka, Kampung Ramadhan yang diinisiasi oleh Budi pun terealisasi.
"Saya melihat dia (Budi) sebagai anak muda yang kreatif, dengan visi ingin memajukan desa," ujar Renaldi mantan Bendahara Umum HMI Cabang Metro kepada Tim LAPMIMETRO, usai kunjungannya ke Kampung Ramadhan yang diinisiasi Budi.
Kampung Ramadhan yang diinisiasi oleh Budi tersebut dipenuhi oleh penjual makanan berat dan ringan dan varisi minuman segar. Karena Budi menargetkan anak-anak usia sekolah dan baru lulus, penjual yang mengisi Kampung Ramadhan ini sesuai target. Bukan tanpa sebab, tujuannya agar meraka dapat bekerja bersama, bergotong-royong, lepas dari game online mereka, dan uang hasil penjualannyapun bisa dimanfaatkan untuk sangu lebaran. Dalam pembuatan Kampung Ramadhan sendiri, Budi menggunakan dana pribadi.
Dari Budi, kita belajar banyak. Bagaimana memperjuangkan ide dan menampakkannya ke bumi. Sebab harus ada yang memulai semua perjuangan, sebelum menuai hasil.[]
Reporter: Adi H. Saputra