LAPMIMETRO.OR.ID - Kartini adalah seorang yang lahir dikalangan priyayi. Tokoh perempuan pertama kali yang memberikan sebuah seruan pembelaan atau kesetaraan didunia pendidikan dikalangan perempuan. Tokoh pembaharu yang selalu berfikir kritis tentang ruang gerak perempuan yang amat dibatasi pada masanya. Sebuah pembatasan pada masa itu, tak menyurutkan semangatnya untuk mengenyam pendidikan.
Pada usia yang kurang lebih 12 tahunan ia sudah mempunyai semangat yang luar biasa. Ditandai dengan keakrabanya bertemen dengan seorang belanda yang telah membantu membukukan semua tulisan-tulisan RA. Kartini yaitu buku "habis gelap terbitlah terang.”
Dalam buku tersebut, diceritakan segala pemikiran RA.Kartini yang sangat kritis menghadapi segala polemik kehidupannya. Diusia yang masih sangat muda ia dipaksa untuk menikah kepada seorang duda. Namun, suaminya memahami bagaimana seorang RA.Kartini yang mempunyai semangat untuk mengembangkan pendidikan dan akhirnya ia mendirikan sekolah wanita.
Kartini wafat pada usia yang amat muda yaitu 25 tahun setelah melahirkan anak pertamanya.
Lewat kutipan singkat terkait dengan RA. Kartini diatas, dapat penulis pahami bawasanya pendidikan menjadi tolak ukur pertama dalam memajukan sebuah pemahaman yang luar biasa. Pendidikan menjadi sebuah kunci seseorang untuk memilah-milah sesuatu yang benar dan yang salah. Berkat RA. Kartini perempuan dapat mengenyam pendidikan yang saat ini masih kita nikmati. Perempuan dapat bergerak bebas menyelam dalam segala aspek baik dari politik, sosial, maupun budaya.
Lalu, bagaimana mungkin dengan perubahan yang telah di berikan RA.Kartini kepada kaum perempuan justru menyurutkan semangat perempuan saat ini. Sangat disayangkan, sebuah pendidikan yang mampu memberikan sebuah perubahan peradaban pada generasi yang akan datang. Justru perempuan sering menjadi korban janji manipulasi laki-laki.
Tidak ada keberpihakan dalam tulisan ini. Wanita Tidak dapat dipungkiri memang bawasanya ia sosok lembut dalam sebuah perasaan. Namun, setidaknya di hari ini dimana perempuan telah diakui keberadaanya dalam sejarah pendidikan maka sebaiknya sebagai generasi perempuan milenial ataupun akademisi mampu mengkiblatkan diri pada pejuang perempuan kita pada masa itu. Yang memperjuangkan ruang gerak perempaun dalam dunia pendidikan dan membebaskan perempuan dalam kedunguan.
Lalu tunggu apalagi mari sebagai perempuan perubahan peradaban memberikan sumbagsih untuk kemajuan kaum perempuan milenial yang tak hanya tau lipstik dan bedak. Namun, juga mengerti mekanisme berfikir bebas tanpa batas dan merefleksikan segala gagasan kita dalam ruang bublik.[.]
_______
Tentang Penulis
Alfurqonati, merupakan mahasiswi aktif. Ia kader HMI, dan menyukai dunia tulis-menulis.
Tentang Penulis
Alfurqonati, merupakan mahasiswi aktif. Ia kader HMI, dan menyukai dunia tulis-menulis.
Tags:
Opini