Oleh: Nurachmad Agung Wiratama
Assalamualaikum warahmat’tullahi wabarakhatu.
Salam khusus dari penulis untuk seluruh kader HmI karena kebetulan tulisan ini rilis tepat pada Milad HmI Yang ke 72 Tahun, panjang umur untuk himpunan dan semoga tidak kehilangan arah juang serta bisa kembali lagi pada khitohnya.
Tidak luput pula saya ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang menyempatkan waktu untuk membaca tulisan ini, yah terserahlah jika mau berasumsi pada setiap katanya yang mungkin satire atau bertendensi.
“Aku adalah apa yang kamu pikirkan” Quotes ini saya baca di bio instagram senior di Himpunan saya Arya Kharisma, setelah sekian lama akhirnya penulis ini pun memutuskan kembali untuk menggunakan otaknya, jujur saja setiap kali saya mulai menulis rasanya selalu bingung harus memulai dari mana. Belum lagi ketakutan akan kritikan atau malah bisa berakhir bullying, nah tema yang penulis angkat kali ini memang membahas tentang bullying.
Jadi silahkan saja mem-bully penulis yang tengah mengangkat tema bully hehehe mungkin akan berakhir bully saling membully.
Bagi yang belum tahu apa sih bullying atau bully? Bullying adalah penindasan atau perundungan dengan menggunakan kekerasan,ancaman dan intimidasi yang biasanya secara harfiah dilakukan dengan perilaku, perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidak seimbangan kekuasaan sosial atau fisik.
Bullying mengacu pada satu kata “Menyakiti” intinya bullying ini dampaknya luar biasa, bahkan banyak sekali korban yang mengalami gangguan psikis, berupa stress,trauma bahkan bisa berujung bunuh diri wah bahaya sekali kalau dibiarkan ya.
Tidak bisa dipungkiri lagi kalau masalah ini kerap terjadi, saya akan coba urai dari beberapa kasus dan bidang, umumnya si di lingkungan pendidikan seperti kasus siswi SMP yang terjadi di Pangkal Pinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Siswi SMP dipaksa cium kaki seniornya, saya sempat berpikir bahwa tindakan mem-bully ini masih erat kaitannya dengan tradisi feodal yang masih melekat didalam budaya kita, ya harus di akui bahwa salah satu ciri masyarakat Indonesia adalah budaya feodalisme. Sederhananya adalah kita masih mengakui bahwa menghormati yang lebih senior sebagai sesuatu yang harus dilakukan, kalau ditempat kerja anak baru di kantor harus berlaku sopan dan menganggap seniornya lebih pintar dan benar, padahal belum tentu demikian.
Bahkan di sosial media pun bullying makin marak loh, contoh unik kasus yang kemarin sempat viral soal Afif Nihaya Faradisa memposting tulisan tentang “Warisan” eh ternyata tulisan hasil copas, padahal sudah sempat diundang ke istana sebagai pembicara sama Bapak Jokowi. Jadi bertanya-tanya deh kok bisa kepala Negara saja dikibulin hehehe padahal intelejen mereka punya,para pakar cyber dan buzzer jangan ditanya, ya pada akhirnya kasus itu berakhir bullying terhadap Afif. Lalu kenapa saya bilang unik karena Presiden pun mau tidak mau kena dampak. Dasar netizen maha benar hehehe terserah pembaca mau berasumsi itu bullying atau hukum sosial saya tidak mau berkutat disini.
Jadi wahai netizen yang tengah membaca, tidak bisa dipungkiri bahwa kasus bully saya anggap bagian dari bahaya laten yang sedikit demi sedikit menjadi parasit, tentu saja karena dilihat dari banyak hal kasus ini seperti pembunuh masa depan atau The killer dream terlebih korbannya adalah anak bangsa.
Lalu dimana peran Negara? Sebenarnya ada hukum yang mengatur terhadap perilaku bully, sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 dalam Undang-undang tersebut dipaparkan bahwa setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak. Bagi yang melanggarnya akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (Tiga) tahun 6 (Enam) bulan dan/atau denda paling banyak 72 Juta.
Tentu Negara tidak akan tinggal diam, dan kasus ini pun terjadi dibanyak Negara bukan hanya di Negara kita saja. Oleh karena itu tidak bisa dipungkiri bahwa isu ini menjadi isu global, bulan lalu saya membaca survey global yang diadakan oleh Latitude News pada 40 Negara, kasus ini identik terjadi terhadap kaum Pria, ya wajarlah kalau wanita kan pasti lebih banyak menggosip hehehe.
Tahu kah anda Negara mana yang memiliki kasus bullying tertinggi?
Urutan pertama ternyata diduduki oleh Jepang, kasus bullying dinegara ini kerap terjadi di lingkungan sekolah dengan cara mengucilkan korban dari pada melakukan aksi kekerasan secara fisik. Seisi kelas bisa bekerja sama untuk menyudutkan korban, nah dijepang perilaku ini disebut “Ijime”.
Urutan Kedua Indonesia siapa sangka ? wah ya mungkin karena faktor feodalisme yang masih kental seperti dipungkas diatas tadi. Sama halnya di Jepang kasus bully di Indonesia kerap terjadi di lingkungan sekolah dan sosial media. Sebagai Negara berkembang dengan populasi terbanyak keempat di dunia, Indonesia memiliki jumlah pengguna sosial media terbesar ke-Tiga didunia, karena penggunaan sosial media itu anak-anak diindonesia cenderung mengalami cyberbullied atau bullying di dunia maya.
Urutan ketiga, Kanada dan Amerika, kedua Negara tersebut masih bergumul dengan berbagai kasus bullying yang kian marak di lingkungan masyarakat. Tapi di Negara ini tidak memberikan toleransi bagi pelaku bullying.
Di atas adalah contoh serta kasus-kasus kecil yang sedikit bisa penulis pungkas, jadi walau bagaimana pun peran utama dalam mengatasi kasus ini adalah diri kita masing-masing, terutama Mahasiswa yang di gembar-gembor sebagai Agen of change.( Rasanya tergelitik hati saya saat menyebutkan kata itu) Mari kita buat perubahan itu nyata, dalam cakupan terkecil saja misalnya putaran kampus atau mungkin lingkungan masyarakat disekitar kita. Upaya juga dapat dilakukan dengan saling bahu membahu memperbaiki kebobrokan ini dan kembali memahami Pluralisme Indonesia yang majemuk tidak lagi fanatik terhadap ras,suku, atau agama. Tentu tidak dengan koar-koar dan pasang foto dengan border “Saya Pancasila!” faktanya malah jadi bagian Agen perusak, tentu yang paling fundamental adalah pengamalan nya bukan hanya pengakuannya.
Jadi para pembaca sebenarnya saya sedang cari cara untuk bisa menutup tulisan ini, yah semoga saja bisa bermanfaat dan doa kan saya bisa menulis dengan benar,baik dan bermanfaat agar bisa diundang keistana juga hehehe untuk kesimpulannya silahkan pembaca simpulkan sendiri saja, karena tentu saya akan menjadi seperti apa yang anda pikirkan.
Wassalamualaikum warahmat’tullahi wabarakhatu.
Tags:
Opini