Oleh: Milky Yulian
Masih
jelas bagaimana 3tahun yang lalu ketika saya berkunjung kesuatu bangunan yang
sangat besar dan terlihat mewah jika dipandang sembari saya melalui jalan untuk
menuju ke roma intelektual.
Jelas sekali di ingatan saya mulai dari bentuk kontruksi,
ubin, dinding, pintu, jendela, dan atap warna cat bahkan hingga seisi bangunan
tersebut serta para penghuninya... baiklah, akan saya jabarkan terlebih dahulu
dari kontruksi yang mendasar yaitu “pondasi”seperti pada bagunaan
lainnya,bangunan ini pun berbahan dasar sama yaitu: semen berupa“keislaman” dan
pasirnya berupa “keindonesian” yang saya heran kenapa ada hal lain yang bisa
membuat bangunan ini terlihat berbeda?
Setelah saya mencari tahu ternyata
perbedaan ini tidak terlepas dari kerja keras para kontraktor yang terdiri dari
14 orang.. yang mana pada proses pembuatannya di mandori oleh seorang inspirator
bagi seluruh pengisi bangunan tersebut. Yaitu, ayahanda Lafran Pane dan
kontarktor lainnya yang terdiri dari: Amin Nasution sebagai “wakil mandor”
bersama rekan lainnya yaitu Dahlan Husain, Kartono Zarkasi, Thayeb Rozak,
Maisaroh Hilal, suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainab, Hasan Basri,
Zukkarnaen, Toha Mashudi, Bidron Hadi, M. Anwar. Lalu ada lagi yang membedakan
bangunan ini dari bangunan yang lainnya yaitu ubinjika banyak bangunan
menggunakan keramik sebagai bahan memperindah ubin, sedangkan bangunan ini
terlihat lebih indah karena berubinkan batu “marmer“ berupa “akademis”,
berdindingkan batako berupa “daya cipta” berpintu yang selalu terbuka berupa
“pengabdian”, dan jendela yang senantiasanya mengalirkan oksigen agar para
penguni senantiasa “bernafaskan Islam” dan kerangka atap yang terdiri dari
“tanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur” yang beratapkan “ridho
ALLAH SWT”. Yang terakhir dan menjadikan ciri paling menonjol
dibandingkan bangunan lain adalah cat yang berwarna “hijau” yang melambangkan:
keimanan, keislaman, dan kemakmuran. Sedangkan warna “hitam” melambangkan ilmu
pengetahuan.
Keseimbangan warna hijau dan hitam menjadi keperibadian bangunan
ini, lalu di bubuhi warna putih sebagai lambang kemurnian dan kesucian
perjuangan.. sudah jelas sekali bagaimana mengagumkannya bangunan ini pada
masanya, tapi sayang sekarang bangunan ini sudah menua dengan marmer yang tak
lagi mengkilat, dinding yang tak lagi kokoh, pintu mulai termakan rayap,
jendela yang lepas engselnya, dan atap yang bocor sebab terlalu lama diguyur
hujan dan tersengat terik matahari. Dengan kondisi saat ini maka otomatis penghuni
tak sebanyak dulu. Di masa milenial seperti ini atau sering disebut juga (masa
Generasi Y) adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X).
Tidak ada
batas waktu yang pasti untuk awal dan akhir kelompok ini. Para ahli biasa nya
menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan
tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Milenial pada
umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers dan Gen-X yang tua.
Milenial kadang-kadang disebut sebagai “Echo Boomers” karena adanya ‘booming’
(peningkatan besar) tingkat kelahiran pada tahun 1980-an dan 1990-an. Untungnya
di abad ke-20 tren menuju keluarga yang lebih kecil di negara-negara maju terus
berkembang, sehingga dampak relatif dari “baby boom echo” umumnya tidak sebesar
dari masa ledakan populasi pasca Perang Dunia II.
Dampak yang paling besar dari
generasi milenial adalah bagaimana pesat nya perkembangan teknologi yang mana
mengharuskan kita sebagai manusia dan mahasiswa selaku Agent Of Change untuk
pula meng-upgrade skill skiil diri. Maka di dalam internal
HmI pun kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk
mengikuti perkembangan zaman atau HmI akan di tinggalkan oleh zaman. Maka
tantangan terbesar HmI hari ini adalah bagaimana HmI
bisa merawat, mendidik dan membesarkan generasi milenial. Karena genersai
milenial jika kita lihat dan kita perhatikan maka kita akan melihat bahwa
kenyataan hari ini, baik kita sukai atau tidak kita harus menggunakan metode
baru di dalam perkaderan HmI atau HmI akan tergerus dengan era lalu di
tinggalkan. Karena tidak bisa kita pungkiri bagaimanapun generasi ini
menentukan arah peradaban ekonomi, politik, dan lain-lain, pada beberapa tahun
yang akan datang.Jika HmI tidak siap dengan tantangan ini. Maka, sebagaimana
saya tulis di atas HmI akan menjadi sebuah bangunan besar dengan konsep
minimalis yang mana memiliki bangunan yang besar jika di pandang namun sangat sempit
jika kita masuk ke dalam.
______
Tentang Penulis:
Nama : Milky Yulian
Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Metro