Oleh: Syawaluddin Nur A. fahmi
Himpunan Mahasiswa Islam ( HmI ) adalah organisasi mahasiswa yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul awal 1366 H atau yang bertepatan pada tanggal 05 Februari 1947, atas prakarsa ayahanda Lafran Pane beserta temannya yang pada saat itu berstatus sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia). Jika diibaratkan sebagai manusia, HmI saat ini telah memasuki usia senja,di usia yang hampir memasuki usia 72 tahun dengan menghitung hari, usia yang bagi sebagian besar orang dianggap sebagai “bonus”.
Namun bagi HmI, usia 72 tahun itu justru menjadikan tantangan untuk terus aktif dan berkreasi dalam mengemban fungsi dan perannya sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan. Usia yang semakin matang itu mestinya menjadikan HmI lebih berpengalaman dan taktis dalam menetapkan peran-perannya dalam kehidupan berbangsa. Dalam konteks ini, HmI tetap dinanti kontribusinya, untuk melaksanakan tanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
Di usianya yang kini tak muda lagi, seyogyanya tidak mengurangi semangat juang himpunan. Ratusan ribu kader HmI yang masih aktif dan telah menjadi Alumni merupakan Resources organisasi, yang saat ini telah menemukan jalan hidupnya masing masing, tidak jarang mereka menjadi Praktisi Politik, Praktisi Profesional, Akademisi, serta entrepreneur, atau bahkan menduduki jabatan strategis di Birokrasi Pusat dan Daerah, ironinya justru lebih banyak Kader memilih untuk menyempurnakan prosesnya dengan terlibat di politik praktis, ini terjadi karena adanya keterikatan emosional atau kepentingan senior terhadap juniornya, analogi sederhananya karena seniornya adalah seorang Politisi maka Juniornya pun memilih jalur itu. Fenomena ini terlihat sangat jelas, sehingga orientasi kader tidak lagi bersinergis dengan Tujuan Himpunan yang sesungguhnya, ruang aktualisasi menjadi lebih sempit, fokus kader hanya ingin berpolitik.
Seiring dengan godaan dan dinamika mahasiswa yang kian kompleks, HmI memiliki tantangan untuk mengikuti student interest dan memenuhi student need sekaligus. Di satu sisi, HmI harus dapat menarik minat mahasiswa “zaman now” dengan menyesuaikan keinginan mereka, tetapi juga dalam waktu yang bersamaan juga harus menjaga agar kualitas kader HmI tidak menurun, dan bahkan harapannya bisa lebih baik.
Memahami student interest dan student need ini tentu bukanlah perkerjaan yang ringan, apalagi dihadapkan kepada tantangan generasi milenial. Tetapi bukan berarti hal ini tidak mungkin untuk dilakukan. Mau tidak mau, suka tidak suka, jika HmI tetap ingin mewujudkan tujuan—terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridlai Allah swt.—hal itu harus dilakukan.
Selain itu Tantangan lainnya adalah Himpunan justru harus hadir di tengah generasi Milenial, karena Ruh organisasi tentunya ada pada proses Regenerasi Kader, Tantangan HmI jadi lebih besar baik secara intenal maupun eksternal, melihat karakteristik generasi milenial yang begitu apatis lagi individualis, maka wajah Himpunan seharusnya lebih adaptif terhadap perkembangan Teknologi yang sangat telah menyatu dengan generasi milenial, tapi tidak meninggalkan substansi dasar Himpunan.
Himpunan harus bertransformasi seiring perkembangan teknologi yang memiliki akselerasi cukup tinggi, diantaranya peluang dan ancaman Artificial Intelligence (AI) bagaimana mesin menggantikan manusia dalam bekerja, potensi dari Valuasi BIG Data, perkembangan Internet Of Things (IOT), dan potensi Cloud System yang bisa menjadi ruang baru untuk kemandirian organisasi agar nantinya Himpunan bisa berdaulat secara ekonomi, sosial dan politik sehingga diharapkan hadirnya budaya baru yakni transparansi dan akuntabilitas kinerja di organisasi, yang selama ini masih menjadi momok dari tahun ketahun, jika tidak maka Himpunan tidak mampu menjadi jawaban terhadap generasi Milenial.
Suka dan duka telah menjadi rasa yang mewarnai jiwa HmI dalam menapaki perjalanannya. Kontribusi dalam rangka ikut mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa tidak diragukan lagi, sekalipun pada saat yang bersamaan, evaluasi dan otokritik terhadap internal organisasi harus tetap dilakukan. Pertanyaannya, di usia yang hampir ke 72 tahun ini, sudahkan HmI mencapai tujuannya?
Jawabannya bisa dilihat pada kondisi arah pergerakan setiap diri kader yang berkecimpung di HmI pada saat ini.
________
Tentang Penulis:
Nama : Syawaluddin Nur A. Fahmi
Tempat tanggal lahir : Metro, 22 februari 1997
Komisariat : Syariah
Mahasiswa IAIN METRO jurusan Hukum Keluarga Islam Semester 4