Aku dan Harapanku



Oleh: Mario Mardanu

Seharusnya sudah tak ada waktu lagi untuk menggunjing orang lain atau malah asik bermain di wahana permainan yang tak akan pernah habis di makan tajamnya jarum waktu, dan seharus nya moment ini telah terlintas sejak dulu sejak dimana mulai bisa merasakan ketika tidak enak terlalu nyaman didalam lingkaran kebodohan.

Pesan orang tua yang takan pernah terlupakan adalah beradaptasi di sekolah, kuliah dan berkumpul dengan kawan sepermainan itu seharusnya bukan menjadikan aku bodoh, (bodoh dalam segala hal).

Dan seharus dalam setiap waktu yang akan ku lalui aku harus Berani, Berani mengambil keputusan untuk dapat dipertanggung jawabkan nantinya.

Dan disatu sisi juga keinginan ku menjadi diri ku sendiri tanpa coretan dari orang lain, tanpa arahan yang membuat ku terjerumus dalam permainan yang membuat nya tertawa terbahak bahak atas apa yang telah aku lakukakan, dan di akhir sesi dia berkata.

"Seharusnya ini yang kamu lakukan bukan malah keluar dari garis arahan,dengan raut wajah yang sok serius namun hati tertawa terpingkal-pingkal".

Kini bukan nya aku berharap untuk waktu dapat di putar kembali, melainkan di setiap momentku nantinya aku dapat ikhlas menjalankan semua aktivitas ku dengan semangat dan keberanian yang tinggi tanpa rasa kecewa lagi nantinya atas sentuhan seseorang yang seakan-akan ingin membantuku dari apapun yang menjadi ganjalan dalam setiap langkah, sebenarnnya ini bukan lah hal yang menakutkan dan bukan juga dijadikan patokan setiap langkah, yang adakalannya tidak percaya kepada orang yang ingin membantuku melainkan aku ini lebih selektif memilih orang yang benar benar bisa membantuku.

Aku selalu sadar bahwa setiap perjalananku nantinya akan selalu menemui persimpangan jalan yg seakan-akan membuat langkah ku lebih sedikit sampai di penghujung jalan. Dan pada saat nya nanti aku sadar bahwa di perjalanan ku telah melewati seseorang yang menungguku untuk berjalan bergandengan untuk mengahntarkan aku sampai di penghujung jalan.

Dan pada akhirnya yang kuharap adalah Kami salin bertanya kawan apakah langkahku terlalu cepat sehingga kamu mengeluarkan keringat yang lebih ekstra. Atau aku berjalan terlalu lambat sehingga kamu menunggu setiap langkahku agar kita slalu beriringan.

"Ini tangan kecilku mari ganggam ketika kita bersama sama menapaki jalan yang berbatuan ini, tarik tangan ku ketika ada hal yang salah diperjalanan nanti dan sebaliknnya".

Maka kita kan sampai dengan keadaan yang sama.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama