Penulis: Yogi Wahyudi
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan nama sebuah organisasi. Sudah tidak asing lagi bagi mahasiswa khususnya di kalangan aktivis terhadap nama tersebut. Kanda dan Yunda adalah panggilan khas kepada senior laki-laki dan perempuan di HMI. Kader adalah sebutan bagi anggota HMI yang telah mengikuti jenjang pentrainingan di HMI, baik Latihan Kader-1, Latihan Kader-2, maupun Latihan Kader-3.
Kenapa dikatakan kader? Dapat dipahami bahwa kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi yang berfungsi sebagai pemihak yang sifatnya membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut. Dari segi intelektual, kader HMI tentu tidak diragukan lagi. Sebab di HMI mereka mendapat pendidikan yang lebih dan tak didapat dari sekolah maupun perkuliahan.
Sebelum terlalu jauh membahas kader HMI, tentu kita pernah mendengar pernyataan:
"Guru sukses adalah seseorang yang mampu mencetak murid lebih dari dirinya."
Pada dasarnya pernyataan ini adalah hal yang dapat memotivasi seorang guru.
Pada pernyataan lainnya seperti: "Semua orang adalah guru, dan semua tempat adalah sekolah."
Pernyataan ini menyimpulkan makna bahwa kita dapat belajar dari siapapun dan di manapun, sebab setiap insan tentu memiliki kelebihan masing-masing dalam bidangnya.
Dalam pengkaderan HMI, tepatnya dalam jenjang komisariat, justru hal terbalik yang terjadi. Semua senior dianggap tahu segala hal dan junior dilarang lebih cerdas dari pada senior dalam segala bidang (katakanlah begitu). Ada apa dengan pengkaderan di HMI? Atau ada apa dengan sistem 'senior' dan 'junior' di HMI? Apakah standar kecerdasan kader hanya sebatas senior dan tidak boleh melebihi.
Hal tersebutlah yang seharusnya menjadi catatan tersendiri bagi seluruh kader HMI. Senior seharusnya melarang kader untuk membatasi intelektual dan pengetahuannya, sebab pengetahuan itu tidak terbatas. Terlebih lagi jika ada kader yang lebih cerdas dari senior, ia akan di jauhi dan dianggap perusak, penganggu sistem, atau apalah itu. Apakah junior yang lebih cerdas ini harus menjadi Widji Thukul atau Munir?
Hal-hal seperti itu yang menjadi penyebab turunnya intelektual kader bahkan sampai pada ketidak aktifan kader di HMI. Jangan terlalu berharap dapat melihat dunia jika mata terpejam.
Hal yang lebih unik lagi ada pada seorang junior mengkritik dalam hal positif kepada senior/kandanya.
Seharusnya reaksi yang timbul dari seorang senior adalah mengapresiasi, mengintropeksi diri bahkan berterimakasih atas kritikan maupun masukan karena ini adalah bentuk perhatian junior/adinda (jangan baper kanda).
Lucu ketika senior yang selalu meneriakan keadilan dan mengkritisi pemerintah demi mengawal dan terwujudnya keadilan bangsa dan negara, tetapi anti kritik.
Lebih parahnya, selalu meminta dan berharap mendapatkan sesuatu di HMI, sedangkan dirinya tidak pernah memberikan apa-apa kepada himpunan. Jadi jangan salahkan himpunan jika yang di dapat hanyalah mimpi.
Polemik di atas adalah hal yang tidak asing bagi kader HMI, pertanyaannya sampai kapan persoalan ini akan berlanjut?
Untuk semua kader HMI, cobalah memulai ubah mainset berfikir, jangan selalu mempersoalkan sesuatu yang tidak sesuai, tapi bergerak!
Bergerak dalam arti mencari solusi yang tepat. Kader hari ini selalu saja membahas tentang masalah-masalah yang ada dan menjadikan bahan olokan. Berawal dari kebiasaan seperti ini yang melahirkan budaya baru, yakni budaya kritik tanpa solusi.
Jika solusi dapat dipahami sebagai suatu gagasan atau konsep yang dengan harapan dapat menyelesaikan permasalahan atau paling tidak melerai persoalan dengan resiko terkecil. Hari ini, kader HMI masih terkungkung dalam persoalan dan permasalahan, tetapi belum sampai pada solusi.
Tentu akan lebih baik ketika kita memberi solusi atas persoalan-persoalan yang terjadi. Inilah yang namanya bersinergi. Bersinergi bukan berarti bekerjasama dalam hal kelompok, golongan, ataupun kepengurusan saja. Akan tetapi lebih kepada bersama dalam memikirkan solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan, ini juga menunjang pengkaderan dan mempererat jalinan komunikasi serta silaturahmi sesama kader.
Awali dengan berfikir positif, hilangkan prasangka-prasanka buruk atas segala persoalan, terbuka dalam segala masukan dan kritik, kritislah dalam menyelesaikan permasalahan, jangan hanya kritis dalam mencari kesalahan, lakukan semaksimal mungkin, berdirilah bersama, saling bersinergi untuk HMI dengan ridho Ilahi.
Tentu tak lupa meyakini dengan iman, mengusahakan dengan ilmu, dan sampaikanlah dengan amal demi terwujudnya keadilan universal. Yakin usaha sampai.
____________
Tentang Penulis:
Yogi Wahyudi merupakan Sekretaris LAPMI - HMI Cabang Metro masa juang 2018/2019.
Tentang Penulis:
Yogi Wahyudi merupakan Sekretaris LAPMI - HMI Cabang Metro masa juang 2018/2019.
Tags:
Opini