Secangkir Kopi, Sepotong Pagi dan Selembar Lobi

--Karya: the Orn

[pict: thepicta.com]
Pagi ini cuaca sangat cerah udara pun sangat sejuk, aku duduk di teras rumah di temani dengan alunan musik jazz dan segelas kopi hitam sembari aku membaca buku yang aku pinjam dari teman sekelasku Nanang. Judul buku itu “Be a Mualem Prenuer, yang di buat oleh Ronni A.W dari Jogjakarta”. Jarang sekali aku menikmati suasana seperti ini di karenakan kesibukanku di kampus dalam mengikuti kegiatan-kegiatan eksternal maupun internal. Beberapa halaman buku sudah selesai aku baca tiba-tiba aku teringat kata-kata Nanang saat dalam kegiatan kemarin di kampus, dia berkata “aku butuh bantuan mu, aku sedang dalam masalah menyangkut kegiatan selanjutnya yang ingin segera aku selenggarakan” lalu aku menjawab “kegiatan apa lagi yang ingin kamu lakukan sudahlah istirahat dulu saja kita, jangan terlalu kamu porsir waktu dan tenaga mu?” setelah itu dia pun terdiam dengan raut muka khawatir dan bingung, aku tidak terlalu memperhatikanya mungkin dia kelelahan setelah itu diapun pergi untuk mengurus beberapa hal yang masih kurang. Tak terasa sudah pukul 7.30 ibuku sudah berteriak mengingatkan ku untuk kuliah karena aku terlalu asik membaca buku sampai lupa waktu.

Jam 8.45 aku sampai di kampus, seperti biasa aku memarkirkan motorku di tempat aku dan teman-teman ku berkumpul, ya Di bawah pohon akasia yang rindang tepat di pojok lahan parkir kampus. Aku menunggu sembari aku memainkan handphoneku, lalu datang fildan salah satu teman se organisasi dengan ku lalu dia duduk di sampingku sembari tangan kananya merangkul pundaku.”kamu tau kalau Nanang kemarin beli handphone baru??” kata fildan kepadaku “wihhh.. bagus dong dia beli hp baru pantas saja aku WhatsApp dia tidak terkirim” balasku kepada fildan, fildan pun tersenyum menanggapi jawabanku “ iya...aku pun ikut senang jika dia beli Handphone baru, tapi aku curiga dengan Nanang dari mana dia mendapatkan uang untuk membeli barang itu? sedangkan dia sama dengan kita semua aktivitas dia pun kita tau tapi kali ini dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu?” tambah fildan kepadaku. “Tunggu dulu apa maksudmu Nanang menggunakan uang kegiatan untuk membeli handphone itu!?” aku menjawab kata-kata fildan. fildan kembali menjawab “yaaahhhh.. mungkin iya?”. “Sudahlah aku tidak percaya jika dia melakukan hal seperti itu!?” tambahku kepada fildan. Setelah itu aku mengajak fildan masuk keruang kelas Karana jam kuliah sudah hampir di mulai.

Sesampainya di kelas aku duduk di bangku urutan kedua, waktu sudah pukul 9.00 seluruh teman sekelasku sudah menduduki tempat masing-masing tapi aku tidak melihat teman seperjuangan ku Nanang hadir pagi ini. Dosen sudah masuk dalam kelas, mata kuliah pun akhirnya di mulai. Aku bertanya-tanya kenapa Nanang hari ini tidak hadir di perkuliahan biasanya dia jika ada hal yang mendesak dan tidak dapat hadir dalam perkuliahan dia pasti menghubungiku. Selesai jam kuliah aku langsung menuju ke kostan Nanang, segera aku ketuk pintu kostan beberapa kali pintu aku ketuk tidak ada respon dari dalam kostan. Aku pun kembali menuju kampus ketempat parkir di bawah pohon akasia, ternyata di sana sudah ada fildan dan Nanang aku lihat dari jauh seperti tidak terjadi apa-apa ternyata mereka sedang cekcok mengenai uang kegiatan yang di gunakan oleh Nanang untuk membeli handphone baru. Aku langsung bergegas untuk menengahi pertengkaran mereka berdua. “Aku sama sekali tidak menggunakan uang kegiatan tersebut !?” kata Nanang kepada fildan “kamu tidak usah mengelak lagi Nang! Uang kegiatan tidak sesuai dengan laporan yang sudah diterima dari lembaga kampus!, Sedangkan uang itu kamu yang menerima!.” Fildan menjawab Nanang. “Kamu jangan asal berbicara seperti dan, mana bukti kalo memang aku menggunakan uang itu!?”. Tambah Nanang. “ sudahlah jangan dengan emosi kalian menyelesaikan masalah ini, biar kita bicarakan dalam rapat musyawarah saja. Jika begini tidak akan menyelesaikan masalah yang ada hanya akan menambah masalah!?” aku mencoba mendinginkan suasana.akhirnya mereka berdua pun dapat menenangkan diri mereka.

Setelah itu aku menghubungi seluruh pengurus organisasi ku untuk membahas mengenai masalah ini. Tidak lama kemudian aku seluruh pengurus pun berkumpul. Segera aku membuka rapat musyawarah tersebut. Dengan kepala dingin aku pun mulai membuka pembicaraan “sebelumnya aku minta maaf jika memang ada hal yang menyinggung perasaan kalian, sebenarnya apa yang terjadi apa benar Nanang menggunakan uang kegiatan untuk keperluan pribadi?. Coba jelaskan kepada kami.” Nanang pun menjawab dengan penuh nada penyesalan “kepada seluruh pengurus aku minta maaf aku merasa malu terhadap apa yang sudah aku lakukan aku khilaf telah menggunakan uang itu. Aku mengakui kesalahan ku . Aku minta maaf telah mengkhianati kepercayaan kalian.”, “dan kenapa Nang kamu melakukan ini semua kami sudah percaya kepadamu untuk mengurus seluruh uang kegiatan!?. Dengan mudah kamu hilangkan rasa percaya kami kepada kamu. Kamu itu benar-benar tidak bisa di percaya!?” kata fildan terhadap Nanang “sudah-sudah jangan terpancing emosi kembali”. Tambahku kepada fildan. “iyaaa aku minta maaf teman-teman semua aku sungguh malau dengan diriku sekarang aku terbitkan dengan materil aku melupakan kepercayaan yang sudah kalian berikan. Aku akan bertanggung jawab atas kesalahan ku.” Tambah Nanang mengakui kesalahannya “baiklah mengenai apa yang sudah kamu lakukan semuanya aku serahkan kepada seluruh pengurus” kataku peda para pengurus, dengan keadaan rapat musyawarah yang sudah kondusif akhir nya kami semua memaafkan kesalahan yang di lakukan Nanang.

Aku sungguh tidak percaya apa yang sudah di lakukan dia, yang aku kenal Nanang adalah seorang yang jujur, supel dan anggota yang  selalu terbuka dengan anggota lainya. Selang beberapa hari Nanang mengembalikan uang yang sudah dia gunakan selepas itu kami tidak pernah melihat Nanang datang dalam setiap kegiatan maupun rapat-rapat yang di adakan organisasi ku aku tidak terlalu mempermasalahkan lagi mengenai hal itu aku rasa Nanang sudah mempertanggung jawabkan kesalahanya dan jika memang dia sudah tidak mau aktif kembali di organisasi mungkin itu sudah keputusan dia. Aku tidak menutup pintu untuk kehadiranya di orgqnisasi, bahkan aku selalu menunggu kehadiranya. Tetapi komunikasi ku tetap terjaga dengan Nanang yaa walaupun sudah tidak seakrab dulu sebelum kejadian itu terjadi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama