Usang
Barangkali, kau bertanya-tanya mengapa aku masih saja mengungkit; Mengapa aku masih saja bersikeras mengungkap sakit. Menulis bait-bait luka yang sedianya tak pernah baik-baik saja. Kau mungkin masih bertanya-tanya; perbincangan apa yang sengaja aku lupakan saat kau sibuk merayakan perpisahan. Sibuk merangkai pidato berujung satu kesimpulan; aku harus solo. Dan mungkin kau masih bertanya-tanya; tangis mana yang kulupakan sebab tak pernah luap pada rinduku. Pada ngilu yang terus menerus ingin diaku. Ingin dijamah. Dilupakan dari sebuah sejarah lahirnya kata pisah Lahirnya air mata di atas tanah yang masih basah oleh sumpahmu tentang yang tak pernah sudah--yang tak pernah ingin mengenal "Dadah". Kau mungkin masih bertanya-tanya; jalan mana yang kulewati untuk sekadar menyembunyikan luka yang tak pernah terawat. Yang tak pernah dijawab kenapa ia terus saja sembab. Terus saja lembab. Dan melulu biadab. Kau mungkin masih bertanya-tanya; kalimat mana yang ingin kubisukan dari mulutmu.
Musnah
Terhitung dini hari Kering sudah muara sungai. Menamparku yang selama ini asik dalam buai tarian, menghentamku dalam nyanyian, dan berjalan memunggungiku. Musnah arah dalam pelarian. Merampas sukma. Bagian terparah dari patah hati. Aku tidak mati, walau semua sakitnya membuat tulangku lantak, walau sakitnya membuat semua lukaku menganga, tapi aku terus hidup. Aku akan terus hidup dengan sakit yg mengoyak didalam dada.
Penulis : Agung Wiratama